Si Putih

Si Putih

Judul Cerpen Si Putih
Cerpen Karangan: Syifani Abdillah Alghifari
Kategori: Cerpen Horor (Hantu)
Lolos moderasi pada: 21 January 2017

Tik tok tik tok…
Jam menunukkan pukul 9 malam. Natta masih terjaga di kamar dengan boneka bonekanya.

“Natta! kenapa belum tidur? lihat jam berapa ini, ayo cepat tidur!” mama datang ke kamar Natta lalu menggendongnya ke tempat tidur Natta.
“iiih, mama, kan Natta lagi main! kalau nggak main nanti si putih kesepiaan!” Natta merengek pada mama. Kalista yang terganggu datang ke kamar Natta.
“apaan sih Natta, si putih si putih?! dah ah, tidur sana kakak keberisikan tau!” Kalista langsung balik ke kamarnya sedangkan Natta menjulurkan lidah ke arah Kalista.
“Dah ya, sekarang Natta tidur, ok?” mama menyelimuti Natta, beberapa menit Natta pun tertidur.

Esoknya…
Jam 4 pagi, papa, mama, dan Kalista terbangun karena jeritan Natta yang begitu keras. mereka langsung menghampiri Natta.
“Natta, ada-!” mama terkejut ketika melihat benjolan di kepala Natta. Papa menggendong Natta sedangkan Kalista mengecek kamar Natta.
“Natta kenapa sayang?, Natta jatuh dari kasur?” tanya papa kepada Natta, Natta menggelengkan kepalanya.
“si putih marah, gara gara tadi malam Natta tidur duluan, terus si putih ngedorong Natta sampai jatuh!” jelas Natta sambil terisak. Kalista yang sedari tadi menyelidiki, akhirnya menemukan sesuatu.
“ma, pa! lihat ini, ada bekas orang yang tidur di kasur Natta, tapi bukan Natta!” Ucap Kalista. mama menghampirinya, benar saja, ada dekokan berwarna kehitamah di kasur Natta bagian samping. dan sepertinya itu bekas orang yang tadi malam tidur bersama Natta.
Mama dan papa saling melihat, terlihat dari raut wajah mereka, mereka ketakutan. ada sesuatu yang tidak beres di kamar Natta.

Sudah 3 minggu, sejak Natta didorong. Natta jadi lebih sering diam, tidak banyak bicara. tapi Natta sering menangis pada jam 12 siang ataupun malam. seringkali Natta menyusahkan guru di sekolah karena tidak mau berhenti menangis, sampai mama dan papa harus datang ke sekolah.

“Natta, Natta kenapa menangis terus?” tanya Kalista ketika Natta sedang duduk terdiam di kasurnya. Natta tidak langsung menjawab, dia melihat ke sekeliling kamar, lalu menarik lengan Kalista ke arah dapur.

Di dapur…
“si putih sering menarik rambut Natta kalau Natta lagi tidur, si putih juga sering mencorat coret buku Natta ketika Natta lagi ngerjain tugas di sekolah, kalau lagi olahraga, si putih suka ngedorong Natta sampai terjatuh.” jelas Natta, Kalista hanya terpaku mendengarkan penjelasan Natta.
“k-kalau begitu, dimana si putih sekarang?” sama seperti tadi, Natta melihat ke sekeliling dapur, namun ketika matanya melihat ke arah Kalista, Natta terlihat sedikit terkejut.
“jadi, dimana dia?” tanya Kalista lagi, Natta menunjuk ke belakang Kalista. Tiba tiba bulu kuduk Kalista berdiri, hawa sekitarnya menjadi dingin. Kalista langsung memegang tangan Natta yang sedang melihat kakaknya ketakutan dengan wajah polos, Kalista menuntun Natta ke kamarnya dengan gemetar, Kalista bisa merasakan ada sesuatu yang mengikuti mereka.

Di kamar Kalista…
“Natta, coba berdiri di depan cermin” Natta menurut “apakah si putih ada di samping Natta?” Natta mengangguk, Kalista menghampiri Natta. Kalista terlonjak ketika melihat wujud si putih di cermin. Ia benar benar ketakutan, saking ketakutan sampai tak bisa bersuara.
Namun tiba tiba pintu kamar dibuka oleh mama, dan wujud si putih hilang dari cermin itu.
Mama memeluk Kalista, lalu memeluk Natta. mama menjelaskan bahwa si putih adalah teman mama dan papa sewaktu SMP dulu, si putih memang tinggi, dia meninggal karena pembunuhan.
“si putih ditenggelamkan di dalam kolam berisi air dan cat putih, kolam itu ditutup dengan besi yang berat sehingga si putih tak bisa bernafas dan meninggal disana. alasan si putih membuntuti Natta karena…” mama berhenti bercerita, lalu memeluk anak anaknya seerat eratnya. lalu melanjutkan lagi.

“sifat Natta mirip orang yang membunuhnya, yang membunuhnya itu adalah teman kami juga. wajah Natta juga hampir mirip, jadi… si putih ingin balas dendam dengan mencelakai Natta, dia kira Natta adalah anak yang telah membunuhnya. Mama dan papa sudah berusaha semaksimal mungkin menghalanginya tapi tidak berhasil, yaaa… jadi kau harus kuat ya Natta mama, papa dan kak Kalista akan menjagamu.” jelas mama panjang lebar.

10 tahun kemudian
“ma, pa, kak… sepertinya si putih sudah menemukanku lagi, selamat tinggal…”

Cerpen Karangan: Syifani Abdillah Alghifari

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama