Zainimar pedagang cendol pandan dan sagu,hasil penjualan tetap tinggi,tidak terpengaruh oleh PSBB

Agam -Sumbar Integritas Media Com
Pembatasan Sosial Berskala Besar ( PSBB) Ditengah Pandemi Covid-19 pada Bulan Ramadhan 1441 Hijriyah ini sangat berdampak pada perekonomian masyarakat terutama para pedagang. Namun sebagian lagi mengaku kebijakan sosial dan physical distancing tersebut tidak berpengaruh pada hasil penjualan mereka.

Sebut Saja Zainimar, salah seorang pembuat sekaligus pedagang cendol  pandan dan sagu di Kabupaten Agam. Provinsi Sumatera Barat ( Sumbar ) Seperti Ramadhan tahun-tahun sebelumnya, wanita 57 tahun itu mengaku hasil penjualan tetap tinggi dan tidak terpengaruh oleh kebijakan pembatasan yang diterapkan pemerintah.

Saat dikunjungi awak  media ini Selasa  (29/4/2020) malam dirumahnya di Kampung Parik, Jorong III, Nagari Garagahan, Kecamatan Lubuk Basung, Agam, Provinsi Sumatera Barat  terlihat Tek Niman (panggilan akrab Zainimar) sedang asyik membungkus cendol sagu dan pandan untuk dijual esok hari.

 "Alhamdulillah cendol saya tetap laris," ujarnya saat berbincang-bincang dengan awak media ini

Dikatakan Tek Niman, seperti tahun sebelumnya, ia tetap membuat cendol dengan takaran bahan baku 10 Kilo tepung beras. Dalam pembuatannya, ia dibantu oleh kedua anak perempuannya, mereka memiliki tanggung jawab masing masing.

Zainimar mencari bahan baku berupa tepung beras, tepung sagu dan pandan. Sementara itu Zetri anak pertama bertugas membuat adonan, si bungsu Fitri memasak dan mengaduk cendol hingga mengental kemudian dilanjutkan dengan pembungkusan untuk dijual di pasar oleh Zainimar sendiri. "Biasanya saya membungkus selesai sahur, tapi karena saat ini banyak waktu luang, saya kemas sekarang saja," katanya.

Dijelaskan Tek Niman, satu bungkus cendol dijual kepada pelanggan dengan harga Rp 3000, namun kepada pedagang pengecer ia menaruh pada harga Rp 2000. Jadi dalam satu bungkus pedagang bisa mengambil untung Rp 1000.

"Sesampai dipasar biasanya pedagang pengecer mengambil dagangan saya sekitar 50 hingga 100 bungkus, untuk pedagang ini saya letakkan harga Rp 2000 dan mereka menjual dengan harga Rp 3000, bahkan jika ada yang menawar 2 bungkus Rp 5000 tetap dijual," imbuhnya.

Selain itu pemasaran cendol buatanya juga dipromosikan di media sosial, para pelanggan bisa menjemput kerumah bahkan bisa diantarkan ke alamat. Untuk pelanggan kebanyakan adalah para pedagang kuliner untuk berbuka.

Ia mengaku dalam sehari bisa meraup omset berkisar antara Rp. 500 ribu hingga Rp 1Juta tergantung berapa pesanan dan jumlah cendol yang ia produksi. "Untuk Kualitas tetap kami jaga, alhamdulillah tetap laris, sebelum Zuhur biasanya Cendol kami sudah habis terjual," tutupnya.Mei Ridwan

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama