Hikayat "Kurenah Awak" Berbahasa Minangkabau,Kembali Diterbitkan Oleh Dekan FBS UNP Prof. Dr. Ermanto, M. Hum

Ermanto Talontang  ( Prof. Dr. Ermanto, Spd, M.Hum )
Padang, Integritasmedia.com - Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Padang Prof. Dr. Ermanto, S.Pd., M.Hum. kembali menerbitkan buku dalam bentuk hikayat yang berjudul "Kurenah Awak" berbahasa Minangkabau setebal 246 halaman yang diterbitkan pada Juni 2020 oleh Penerbit Pustaka Tunggal, Jakarta.

Sang penulis dengan nama pena Ermanto Tolantang menyampaikan kepada wartawan Rabu sore ini (1/7) di Kampus FBS Universitas Negeri Padang, Air Tawar Padang.

Prof. Dr. Ermanto, S.Pd., M.Hum yang selain Dekan juga dosen Program Studi Sastra Indonesia FBS Universitas Negeri Padang, hikayat "Kurenah Awak" ini adalah karya sastra yang kelima diterbitkan setelah novel Tujuh Cinta Si Anak Kampung, novel Sansai, Hikayat Dodon Tea dan Umar Galie, novel Rindu Banda Sapuluah yang juga berbahasa Minangkabau.

Kepada wartawan, Ermanto Tolantang alias Prof. Dr. Ermanto, S.Pd., M.Hum. yang merupakan Guru Besar Ilmu Linguistik Universitas Negeri Padang, mengemukakan bahwa semua karya sastra yang dihasilkannya merupakan karya sastra yang dimuat secara bersambung di dalam akun fesbuk pribadinya dengan nama Ermanto Tolantang.

Disampaikannya "Karya sastra yang hasilkan merupakan karya yang telah dipengaruhi oleh komunikasi yang intens juga dengan para pembacanya. Kadang kala cerita dan konflik-konflik tersebut tercipta oleh komentar-komentar pembaca terhadap rangkaian cerita sebelumnya di akun fesbuk tersebut," jelas Ermanto Tolantang dosen Linguistik di Prodi Sastra Indonesia FBS Universitas Negeri Padang tesebut.

Khusus untuk hikayat "Kurenah Awak" ini, bagi pembacanya, Ermanto Tolantang mengatakan bahwa, sang pengarang sudah pula dianggap sebagai tokoh Pak Awak.

"Bahkan di lingkungan kampus dan bagi sivitas akademika Universitas Negeri Padang sang pengarang sudah akrab pula dipanggil sebagai Pak Awak," jelas Ermanto Tolantang.

Lebih jauh disampaikannya bahwa isi cerita hikayat "Kurenah Awak" Ermanto Talontang yang juga   dosen FBS Universitas Negeri Padang,terus menulis karya sastra di sela-sela kesibukannya sebagai Dekan dan sebelumnya menjabat sebagai wakil dekan dua kali berturut-turut menjelaskan bahwa isinya adalah tentang perangai manusia hidup berkeluarga yang mungkin dialami oleh semua orang.

Disampaikan juga Oleh Ermanto Tolantang, dalam hikayat ini diceritakan bahwa setiap kita ternyata memiliki 'kurenah' atau perangai, tingkah laku, watak, sikap yang berbeda baik bersifat positif maupun bersifat negatif. Lebih lanjut Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Padang ini menjelaskan bahwa kurenah negatif dan kurenah positif yang ada pada setiap orang itu seperti gelombang yang naik dan turun atau seperti pasang yang naik dan surut. 

"Artinya, setiap manusia memiliki kurenah yang berbeda dan saling melengkapi dalam menjalani kehidupan ini," jelas dosen FBS Universitas Negeri Padang yang pernah menjabat Kaprodi Sastra Indonesia.

Ermanto Tolantang menjelaskan kurenah seperti itu juga terjadi pada setiap keluarga termasuk juga terjadi pada keluarga 'Pak Awak' yang memiliki seorang istri yang dipanggilnya 'Bunda'. 

"Pak Awak memiliki 'kurenah' atau perangai yang kadang kala buruk menurut pandangan bininya (Bunda). Sebaliknya, bininya juga memiliki 'kurenah' atau perangai yang kadang kala buruk. Karena itulah, konflik dalam keluarga atau dalam kehidupan sering terjadi. Tersebab tidak ada yang mau kalah atau tidak mau mengalah. Demikianlah kehidupan keluarga Pak Awak yang sekaligus cerminan kehidupan berbangsa dan bernegara," jelas Dekan FBS Universitas Negeri Padang.

Lebih lanjut Ermanto Tolantang menjelaskan begitulah konflik kehidupan yang dialami dan akan dialami di dalam kehidupan pribadi, kehidupan keluarga, kehidupan berbangsa, dan kehidupan bernegara.

"Untuk itulah, dalam menjalani kehidupan ini, kita harus mampu memaklumi 'kurenah' atau perangai setiap orang dan mampu memanfaatkan 'kurenah' atau perangai baik yang dimilikinya. Demikianlah kehidupan itu dijalani," tutup Ermanto Tolantang.(Ha) 

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama