Mempertanyakan "Mitode" Pekerjaan Pembangunan Saluran Drainase Paket 1 Kawasan Jati Rawang

"Pada daerah basah seperti itu untuk pekerjaan pasangan batu diharuskan memakai anstamping, bukannya langsung dikerjakan ditanah yang masih ada air dan lumpurnya. Bahkan seharusnya air dikeringkan terlebih dulu".


Padang, integritasmedia.com - PROGRAM Pengelolaan dan Pengembangan Sitem Drainase, pada Pembangunan Saluran Drainase Paket 1 Kawasan Jati Rawang, Kecamatan Padang Timur, Kota Padang Tahun 2021 yang dikerjakan oleh CV. Romeo Laju dengan anggaran Rp.957.845.429,95- diduga dikerjakan tidak sesuai dengan spesifikasi.

Seperti pada pekerjaan pasangan batu, integritasmedia dilapangan menjumpai pada dasar pasangannya masih berair dan berlumpur. 


Hal tersebut dibenarkan oleh salah seorang warga (yang tidak mau jatidirinya ditulis) yang mengatakan, pekerjaan pasangan batu langsung dikerjakan diatas tanah yang berair dan berlumpur, tanpa dikeringkan terlebih dahulu oleh para pekerja.

Batu-batu disusun ditanah yang berair dan berlumpur, lalu pekerja mulai menutupi dengan adukan semen dan memulai pekerjaan pasangan batu. Bahkan, pada bagian yang ditempel ke dinding tanah, susunan batu banyak yang dempet dan sedikit diberi adukan semen. Bahkan batu berukuran besar juga dipakai dipekerjaan tersebut.


Bukan itu saja, adukan semennya juga terlihat banyak mengandung pasir dari pada semennya.

Lihat saja warna adukannya. Apalagi adukan semen sudah tercampur air yang tergenang serta ada lumpurnya, tambahnya.

Namun sangat disayangkan, Dinas PUPR Kota Padang yang merupakan pemilik proyek tersebut terkesan membiarka hal tersebut.

Buktinya, Kabid SDA PUPR, Nico Lesmana dan Kepala Dinas PUPR Kota Padang, Hermen Feri sampai saat ini tidak memberikan konfirmasinya sehubungan dengan pekerjaan Pembangunan Saluran Drainase Paket 1 Kawasan Jati Rawang, Kecamatan Padang Timur, Kota Padang Tahun 2021 yang dikerjakan oleh CV. Romeo Laju tersebut.


Yufrizal, ST, salah seorang pelaku konstruksi di Kota Padang, menilai pekerjaan seperti ini asal jadi namanya. Karena terlihat pada pekerjaan pasangan batunya terlihat tidak memakai anstamping. 

Seharusnya, pada daerah basah seperti itu untuk pekerjaan pasangan batu diharuskan memakai anstamping, bukannya langsung dikerjakan ditanah yang masih ada air dan lumpurnya. 


Bahkan seharusnya air dikeringkan terlebih dulu, bukannya langsung disusun batu diatas air dan lumpur, lalu dicampur dengan adukan semen. 

Karena lumpur dan tanah liat adalah jenis agregat dengan kekuatan yang rendah. Semakin banyak kandungan dalam campuran beton maupun dalam campuran mortal, maka kekuatan konstruksi akan semakin kecil. Semakin banyak jumlah air dan lumpur dalam campuran, maka jumlah permukaan lumpur akan semakin banyak. Sehingga akan membutuhkan semen yang semakin banyak untuk mengikat permukaan antar masing-masing agregat. 

"Jika kita menggunakan komposisi yang tetap antara campuran semen dan pasir, padahal jumlah air dan lumpur melebihi yang disyaratkan, maka kekuatan pengikatan akan berkurang. Terlebih lagi pekerjaan pasangan batu  disandarkan ke dinding tanah yang merupakan tanah liat", terangnya menguraikan.

Ditambahkannya, lumpur dan tanah liat adalah material yang banyak menyerap air, sehingga adukan/campuran beton bisa berubah. Ketika pasangan batu masih muda, pengikat antara semen dengan agregat pasir ataupun kerikil akan terganggu. Penambahan air terhadap adukan mortal akan membuat kekuatan pasangan batu tidak kuat dan kita akan mendapatkan hasil yang kurang baik. Penambahan air yang diizinkan terhadap campuran adalah maksimum 9% dari jumlah air dari komposisi yang direncanakan, ujarnya.


Juga ada terlihat spesi antar batu terlalu dekat, bahkan ada yang saling bersentuhan. Akibatnya, daya rekat antar batu jadi berkurang. Adanya pemakaian batu yang berukuran besar, seharusnya maksimal 20 cm. kalau batu yang digunakan berukuran besar, tentu volume adukan semen menjadi berkurang. Hal itu yang menyebabkan pasangan batu tidak bertahan lama.

Untuk kualitas adukan mortalnya, Dia mengatakan tidak memenuhi standar takaran uji laboratorium (Perbandingan semen 1 : pasir 4). Kalau dilihat, perbandingan tidak sesuai, banyak pasir semen kurang. Ini akan menyebabkan kekuatan pasangan batu menjadi rapuh/tidak kokoh. Intinya, pasangan batu tersebut harus dibongkar kembali, katanya mengakhiri.(ha)

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama