Destinasi Wisata Dunia,Harau Terkendala Kawasan BKSDA

Limapuluhkota (Sumbar).Integritasmedia.com - Tekad memajukan Harau Menuju Dunia diakui Plt Kadis Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Limapuluh Kota Yatmiko, di Aka Barayun Harau kini terkendala oleh aturan 'kawasan' yang serba tidak boleh. 'Kawasan' disebut Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) merupakan kawasan strategis pembenahan prasarana pariwisata.

"Harau sebagai destinasi pariwisata tengah kita prioritaskan menjadi destinasi yang menjadi income daerah yang tinggi. Pariwisata itu dibangun dengan tiga faktor; destinasi atau tujuan wisata, sarana dan prasarana, dan masyarakat sadar wisata. Fokus kita terhadap pariwisata, terutama pembanahan Harau terkendala aturan pusat!" kata Yatmiko di Harau, Rabu (22/3/2017)

Aturan pusat? Ya. Sebagai kawasan hutan lindung ada bagian-bagian Harau yang tak bisa disentuh. Padahal, Pemerintah Kabupaten Limapuluh Kota hendak menjadikan Harau sebagai kawasan wisata yang ramah dan baik rupa.

Disebutkan Yatmiko saat berbincang-bincang dengan Forum Jurnalis Wisata Luak Limopuluah yang diketuai Aldavery (Padang TV), Sekretaris Dodi Syahputra (www.padang-today.com) dan Bendahara Mardikola (Antara Sumbar), misalnya saja deretan warung di depan air mancur di Aka Barayun yang hendak digeser bangunannya lebih rapi dan permanen ke belakang, tidak boleh oleh BKSDA.

"Alasannya itu kawasan hutan lindung. Padahal dengan digeser sedikit dengan rangka-rangka bangunan yang sebelumnya sudah ada itu, akan memberi kesan lapang dan tertib. Kesulitan kita masih itu ke itu saja. Regulasi yang terlalu mengekang. Sebab, Harau hanya sekian saja kepemilikan Pemkab, selebihnya kawasan pusat dan masyarakat," sesal Yatmiko.

Bukan Yatmiko yang besar dan tumbuh di kawasan Harau sedari muda, jika tidak gigih mengupayakan kemajuan pariwisata Harau ini. Meski baru sebulan jadi Plt Kadis Budparpora Limapuluh Kota menggantikan H. Novyan Burano yang telah mangkat, ia langsung menggebrak ke Harau. Program Hara to the world yang dicanangkan itu membungakan hatinya.

"Sejak muda, saya ikut memanjat tebing Harau bersama para "climber" nasional dan internasional. Potensi pariwisata Harau harus dikemas dengan sinergi pusat dan daerah. Makanya, kawasan wisata Lembah Harau ini kita tekadkan menjadi income utama bagi Limapuluh Kota," kata Yatmiko bersemangat.
 
Termasuk hadirnya Forum Jurnalis Wisata Luak Limopuluah (FJW50) harus diapresiasi sebab akan memberikan warna bagi kegiatan pengembangan kepariwisataan di Limapuluh Kota. Disebutkan Aldavery, hadirnya FJW50 secara legal kelembagaan, nantinya akan menyentuh seluruh kegiatan wisata alam, wisata rohani, wisata dalam arti seluas-luasnya.

Ide awal hadirnya FJW50 dari kontemplasi dan perdebatan para jurnalis pecinta kemajuan wisata di Limapuluh Kota, yang ingin ikut memberi warna dan keajegan bagi wisata di daerah ini. FJW50 tidak menutup diri bahwa akan hadir forum-forum lainnya.

"Silakan saja. Makin banyak, makin berwarna, makin sukses wisata di Limapuluh Kota," pungkas Aldavery, bersama para jurnalis muda yang bervisi kemajuan ini. Untuk dalam waktu dekat FJW50 mengemas Lomba Mubaligh Cilik Luak Limopuluah yang bermuatan wisata hati.(A)

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama