‘Kawa Daun’, Kopi Khas Tanah Datar


Batusangkat-integritasmedia.com-JANGAN mengaku sebagai pecandu kopi kalau belum menikmati "kopi kawa daun" saat berwisata ke Tanah Datar.

Minuman khas Tanah Datar ini sudah tidak asing dan sulit lagi dicari. Kedai kopi kawa daun kini sudah bisa ditemukan di sepanjang jalan menuju Batusangkar, Padang Panjang, hingga Bukittingi, dan Payakumbuh. Bahkan Anda juga bisa menjumpainya di Padang, ibukotanya Sumatera Barat.

Kedai kopi kawa daun ini, sudah banyak keberadaannya diantaranya di jalan Batusangkar - Bukittinggi. Pada umumnya, kedai-kedai ini, berada di tepi jalan yang sekekelingnya persawahan. Sambil menyeduh kawa daun, pengunjung juga bisa melihat hamparan sawah yang hijau dan menguning untuk menyegarkan mata. Di sini pengunjung bisa memilih duduk di lesehan atau bangku biasa.

Uniknya lagi, kawa daun ini akan disajikan dalam dalam tempurung (batok) kelapa dan langsung diseduh. Untuk dudukannya tempurung diletakkan di tabung bambu agar tidak goyang-goyang dan tumpah.

Minuman ini dibuat dari daun kopi yang disangrai. Daun hasil sangrai ini warnanya juga hitam, seperti halnya biji kopi. Ini yang kemudian diseduh menjadi minuman kawa daun. Itu sebabnya kawa daun memiliki cita rasa sendiri. Tentu ini juga yang menjadikannya berbeda dengan kopi lainnya.

Kopi kawa daun menjadi sangat populer sepuluh tahun belakangan dan sudah menjadi minuman favorit di kalangan anak muda. Kedai Kopi yang semula bermunculan di Tanah Datar ini, kini sudah menyebar ke berbagai kabupaten/ kota lainnya seperti di Sumbar, popularitas kawa daun tidak kalah dibandingkan dengan kopi-kopi lainnya. Itu sebabnya kopi kawa daun masih terus diminati dan bertahan hingga saat ini.

Jika belum terbiasa atau pertama kali mencoba, rasa kawa daun mungkin saja akan sedikit aneh di lidah dibandingkan kopi hitam biasa. Kawa daun memiliki rasa yang sepat, warnanya juga tidak hitam pekat seperti kopi biasa, tetapi juga agak kecoklatan layaknya teh. Jangan terlalu terburu-buru, seruput secara perlahan-lahan dan santai sambil menikmati pemandangan dan gorengan sebagai makanan pelengkap. Rasa kawa daun bervariasi. Jika tidak suka kopi kawa daun hitam murni yang sedikit sepat, silahkan minta ditambahin susu agar manis, atau bisa juga minta rasa jahe maupun telur (kawa telur) sesuai selera.

Konon ceritanya, pada pada masa lampau Sumbar adalah lumbung penghasil kopi. Namun kolonial Belanda memaksa petani lokal mengirim semua hasil biji kopi mereka ke Belanda dan tidak menyisakannya untuk petani. Masyarakat menyangrai daunnya sebagai pengganti kopi. Sebab, hanya daunnya saja yang bisa mereka nikmati.

Budaya minum kopi dari daun ini lalu berkembang dan menjadi kebiasaan. Tradisi minum kopi kawa sempat hilang dan redup di kalangan masyarakat Minang itu sendiri. Namun seiring berjalannya waktu, kopi kawa daun kembali menemukan kepopulerannya. (at)

Post a Comment

أحدث أقدم