Mempertanyakan Hasil Pekerjaan Pembangunan Jaringan Pipa Transmisi Air Baku Penukahan Gadang

"Entah apa tujuannya, kontraktor mengganti Thrust Block Beton dengan batu sungai yang berada dibawah pipa. Ada juga jarak batu sungai dengan pipa yang jauh, namun kontraktor “mengakalinya” dengan meletakkan kayu yang berukuran besar diantaranya. Parahnya, pipa tersebut ada yang diikat dengan kawat, lalu diikatkan pada pohon yang berada di tepi sungai".


Padang, integritasmedia.com – BANYAK kalangan mempertanyakan hasil kerja Pembangunan Jaringan Pipa Transmisi Air Baku Penukahan Gadang, Kota Padang Tahun 2020 lalu, yang berada di bawah tanggungjawab BWSS V Padang melalui Kasatker SNVT-PJPA WS.IAKR yang dikerjakan PT. Bone Mitra Abadi dengan nilai kontrak Rp.11,9.

Betapa tidak, dibeberapa tempat terlihat ada kayu yang dijadikan sebagai penopang (sengaja diletakkan dibawah) pipa, Bahkan diantara pipa dengan permukaan kayu tersebut juga ada ditaruh papan.

Begitu juga dengan kawat yang terikat dipipa dan diikatkan ke pohon yang berada atas tebing. Dengan alasan tidak mungkin membuat Thrust Block Beton di lereng, itu merupakan alasan yang mengada-ngada. 


Dan entah kenapa pula tidak membuat Thrust Block Beton dibawah pipa, karena di situlah posisi Thrust Block Beton yang semestinya.

“Jadi tidak mungkin dengan posisi kayu melintang lurus dibawah pipa seperti itu, hanyut terbawah air dan tersangkut dibawah pipa dengan rapi seperti itu”, ungkap seorang warga peladang yang sering lewat disekitar lokasi tersebut.  

Kasatker SNVT-PJPA WS.IAKR, Rainul Penaungan, ST. MM saat dimintakan konfirmasinya sampai saat ini tidak memberikan jawabannya terkait dugaan penyimpangan Proyek Pembangunan Jaringan Pipa Transmisi Air Baku Penukahan Gadang Kota Padang ini.

Namun, ada informasi dari salah seorang pegawai di WSS V Padang yang tidak mau jati dirinya dipublikasikan mengatakan, soal kayu yang terlihat sebagai penopang pipa, sebenarnya kayu itu tersangkut dibawah pipa saat air besar. Kalau kawat yang ada pada pipa, dan diikatkan dari pipa ke pohon yang berada diatas lereng, itu memang benar. Sebab, rekanan sudah menyerah dan angkat tangan dengan pekerjaan dan kondisi dilokasi proyek ini. Kalau membuat Thrust Block Beton untuk tempat mengikatkan kawat ke pipa pada lereng, itu tidak mungkin. Sebab, posisi lereng disana sangatlah terjal. Jadi, hasil akhirnya, kawat yang terikat di pipa langsung saja diikatkan ke pohon yang berada dilereng tersebut.


Saat media ini melakukan investigasi ke lokasi proyek yang berada jauh dari pemukiman warga tersebut, terlihat pekerjaan pipa ada yang disangga dengan batang kayu dan ada yang diikat dengan kawat lalu disambungkan dengan pohon di tepi sungai tersebut. Idealnya untuk pekerjaan penyangga pipa atau Thrust Block beton, seharusnya berjarak 50 Meter per penyangga, namun yang terjadi jaraknya jauh-jauh. dikhawatirkan, hal ini akan mengakibatkan pipa bisa ambruk. 

Bahkan saat itu, juga ditemui ada pipa yang diganjal dengan batu sungai, kayu berukuran sedang serta ada yang diikat dengan kawat/ tali kapal berukuran kecil. Kemungkinan itu dilakukan untuk mengamankan pipa dari terjanggan air besar.

Yufrizal, ST seorang pelaku konstruksi di Kota Padang menerangkan, bahwa untuk pekerjaan pipa di Proyek Pembangunan Jaringan Pipa Transmisi Air Baku Penukahan Gadang ini, jarak Thrust Block beton sangatlah jauh dan itupun sedikit. Seharusnya, jarak antar Thrust Block Beton berkisar sekitar 30 hingga 50 Meter saja. 

Dan entah apa tujuannya, kontraktor mengganti Thrust Block Beton dengan batu sungai, dan jarak batu sungai dengan pipa yang jauh, “diakali” dengan meletakkan kayu yang berukuran besar diantaranya. Bahkan, pipa yang diikat dengan kawat pada pohon yang berada di tepi sungai itu, sangatlah berbahaya. Karena kurangnya penjangah pipa tersebut.(ha)

Post a Comment

أحدث أقدم