Kepala Sekolah SMPN 1 Payakumbuh Defi Marlitra Ingin Satu Hari Selesai Capai 500 Orang

 


Payakumbuh, Integritasmedia.com --- Kepala Sekolah SMPN 1 Payakumbuh, Defi Marlitra, bergerak cepat mengikuti arahan Walikota, Riza Falepi, untuk mempercepat teknik vaksinasi di fakultas yang dipimpinnya.  Berbagai upaya dilakukan untuk mendapatkan herd immunity, setidaknya secara regional di SMPN 1 Payakumbuh, agar head to head perguruan tinggi diprediksi cepat diketahui.


  Tak tanggung-tanggung, Kamis (21/10), bertempat di SMPN 1 Payakumbuh, pihaknya menambah 4 kelompok vaksinator seperti kelompok Puskesmas Tiakar, satu kelompok Puskesmas Parit Rantang, dan satu kelompok Puskesmas Air Tabit, karena  kuantitas peserta.  Ada sekitar 500 manusia yang terdaftar.


  "Dulu, vaksinasi di perguruan tinggi paling efektif memfasilitasi mahasiswa. Setelah mendapat ringan dari walikota, sekarang kami berusaha memfasilitasi vaksinasi untuk anak kuliah dan ibu bapaknya yang sampai di sini," kata Defi saat ditemui melalui media.  di kantornya.


  Defi mengatakan, sebagai perguruan tinggi junior yang telah menjadi ikon di Pusat Kota Payakumbuh, ia berusaha untuk mendapatkan vaksinasi di fakultasnya pada sore hari untuk mendapatkan lebih banyak manusia, sehingga mengganggu efektivitas komunikasi tatap muka.  menghadapi PBM yang tidak tepat waktu karena metode vaksinasi dapat diminimalisir, artinya tidak memakan banyak waktu.


  “Kita bisa hitung kalau paling sedikit seratus dosis vaksin yang diberikan sore hari bersamaan dengan di SMPN 1 Payakumbuh ada sekitar seribu mahasiswa, itu akan memakan waktu sekitar 20 hari. 10 hari implementasi untuk dosis 1 dan 10  hari untuk dosis 2,” ujar Defi diikuti Perwakilan Mahasiswa Eva Yeni.


  Pada hari pelaksanaan, diketahui bahwa para ulama datang ke sini bersama ibu dan ayah mereka di samping surat pernyataan yang menunjukkan kesediaan mereka untuk memvaksinasi anak-anak mereka.  Bahkan, cukup banyak ibu dan ayah juga perlu divaksinasi, karena fakultas juga mengizinkan mereka untuk berpartisipasi, sekarang bukan lagi mahasiswa terbaik.


  Upaya perguruan tinggi yang cukup beragam, kini tak lagi sekadar bertahan dengan arahan walikota.  Namun, dibutuhkan juga teknik yang lebih persuasif kepada ibu dan ayah atau wali mahasiswa, karena manusia memiliki motif yang berbeda-beda untuk ingin divaksinasi atau mungkin menolak divaksinasi.


  “Melalui wali kelas, pimpinan fakultas melakukan sosialisasi kepada bapak dan ibu, terutama berdasarkan materi pelajaran dari Dinas Kesehatan dan Polri yang disampaikan melalui sarana fakultas, kami mengajak bapak ibu untuk ikut ambil bagian dalam pemenuhannya.  vaksinasi untuk anak-anaknya,” kata Defi.


  Bahkan, instruktur dan pegawai sekolah di SMPN 1 Payakumbuh divaksinasi seratus persen, selain dua orang yang tetap tidak bisa, karena alasan klinis.  Sementara itu, hampir 1/2 dari seluruh jumlah siswa SMPN 1 Payakumbuh divaksinasi pada tahap tertentu dalam vaksinasi lebih awal dari waktu vaksinasi sapu diluncurkan.


  Defi karena pihak fakultas menyampaikan pesan kepada wali kelas, agar bapak dan ibu mahasiswa perlu divaksinasi dan diberikan pelatihan agar mereka sekarang tidak lagi terpancing informasi hoax di media sosial.  Sudah banyak pesan yang dimuat melalui Defi, perguruan tinggi yang paling terkenal bernama Pak It.


  Pertama, terbukti segudang mahasiswa dan ASN di Kota Payakumbuh telah divaksinasi, ternyata tidak ada informasi seperti yang diinstruksikan di dalam informasi hoax tersebut.


  "Karena sebelum kita divaksinasi, sudah ada dokter spesialis yang pertama menguji kita, dan merekalah yang menentukan apakah kita akan divaksinasi atau tidak lagi sesuai dengan peraturan kebugaran," kata Defi.


  Kedua, kata Defi, divaksinasi tidak lagi menjamin bahwa seseorang tidak akan meradang lagi, namun dengan divaksinasi, bahaya tertular tidak selalu mematikan seperti orang yang tidak divaksinasi karena  Padahal daya tahan tubuh mereka lebih tinggi terhadap virus corona jika sudah divaksinasi.


  "Ini bukti informasi dari cabang fitnes di beberapa titik sosialisasi vaksin 1 bulan lalu," kata Defi.


  Ketiga, Defi menjelaskan motif mengapa mahasiswa yang kini tidak lagi divaksinasi kini tidak lagi diperbolehkan menunggu fakultas setelah prosedur pembinaan dan pembelajaran tatap muka menjadi formal dilaksanakan.  Menurut Defi, liputan ini diambil karena pihak berwenang menyayangi mereka, karena bahaya dan akibat tertular virus corona bagi mereka yang sudah tidak divaksinasi bisa jauh lebih mematikan.


  “Dengan informasi yang telah ditetapkan, melalui pesan ini kami menghimbau kepada semua pihak agar segera diberlakukan vaksin, jangan ragu lagi untuk mempermudah sistem vaksin di kota kita, bapak ibu juga bisa menjadi bagian dari vaksin.  di fakultas mana saja yang memberlakukan vaksin, vaksin, terdiri dari kami di SMPN 1 Payakumbuh," ujar Defi.


  Rahmat Azhari Al Fatiha (14 tahun), siswi kelas 9.Lima dari Desa Parit Rantang menyatakan bahwa ini menjadi vaksinasi utama yang ia ikuti. Pilihannya untuk ikut serta di dalam vaksin menjadi terpacu melalui dirinya untuk divaksinasi.


  "Kami sudah meninggalkan belajar tatap muka, namun kami ingin melindungi diri dari Covid-19 terlebih dahulu. Bahkan ayah dan ibu divaksinasi di dalam desa," katanya.


  Sastra Tri Amanda (14) dari Balai Cacang dan Suci Yolandari (15) dari Nan Kodok, masing-masing siswa kelas 9.lima menyatakan ingin menjaga diri melalui cara menumbuhkan mesin kekebalan tubuh melalui cara vaksinasi terhadap Covid  -19, sehingga mereka dapat pindah ke sekolah menengah dengan tatap muka.


  “Ini adalah vaksin dosis pertama yang kami peroleh, kami berencana untuk mendapatkan vaksin dosis kedua pada 10 November 2021. Kami juga telah mendapatkan persetujuan dari ibu dan ayah, karena ibu dan ayah kami juga sudah memilikinya.  sudah divaksinasi,” tegas , diamati dengan bantuan pengelola OSIS/MPK di SMPN 1 Payakumbuh.  ramah. (A)

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama