196 Tim Pendamping Keluarga Se-Kab. Solok, Siap Tekan Angka Prevalensi Stunting di Kabupaten Solok

Arosuka, integritasmedia.com - SEBANYAK 196 Tim Pendamping Keluarga se-Kabupaten Solok siap untuk menekan angka prevalensi stunting Kabupaten Solok. Tim ini berada dibawah arahan Tim Pelaksana Percepatan Penurunan Stunting (TPPS).


TPPS ini akan berperan secara efektif, konvergen dan terintegrasi dengan melibatkan lintas sektor terkait. Penajaman strategi intervensi dari hulu melalui kegiatan prioritas dalam  mencegah lahirnya anak stunting. Mengoptimalkan peran tim pendamping keluarga tertuju pada  ibu hamil, ibu pasca melahirkan/ ibu menyusui dan keluarga yang mempunyai anak 0-5 tahun.


Hal itu diungkapkan Staf Ahli Bidang Ekonomi Pembangunan dan Keuangan, Eva Nasri, saat membuka secara resmi diskusi panel manajemen kasus Stunting ke II Kabupaten Solok Tahun 2022 di Ruang Pertemuan D’Relazion cafe & resto Kota Solok (17/11/22).


Menurut Eva Nasri, pembangunan sumber daya manusia berkualitas,  merupakan pilar bagi pencapaian visi Indonesia Emas Tahun 2045.  Dengan harapan bakal terwujud  manusia Indonesia yang memiliki kecerdasan yang komprehensif.  Damai dalam interaksi sosialnya dan berkarakter kuat, sehat menyehatkan dalam interaksi alamnya dan berperadaban unggul, merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan nasional.


Visi misi tersebut akan sulit tercapai,  jika permasalahan gizi di Indonesia tidak diatasi secara serius. Sesuai adanya peraturan presiden nomor 72 tahun 2022 tentang percepatan penurunan stunting. "Dan strategi yang perlu di optimalkan adalah menurunkan prevelensi stunting, meningkatkan kualitas penyiapan kehidupan berkeluarga, menjamin pemenuhan asupan gizi, meningkatkan pola asuh, meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan serta

meningkatkan akses air minum dan sanitasi setiap saat," ujarnya.


Dikatakannya, dalam penyelenggaraan percepatan penurunan stunting, perlu dilakukan tinjauan kasus stunting dari tim pakar sesuai keahlian masing-masing. Baik dari ahli dokter anak, dokter Obgyn, psikologi dan ahli gizi,  yang akan memberikan masukan dan tindakan percepatan penurunan stunting secara efektif.  Denga konvergen dan terintegrasi dengan melibatkan lintas sektor di setiap tingkatan wilayah mulai dari kabupaten hingga ke tingkat nagari.


Tidak hanya itu, intervensi stunting harus di mulai dari hulu,  yaitu kepada remaja dan calon pengantin. Yalni dengan memastikan remaja-remaja memahami akan pentingnya kebutuhan gizi sejak dari remaja serta menerapkan pola hidup bersih dan sehat.


Lebih lanjut tugas tim pendamoing, harus melakukan pemantauan kepada ibu hamil sampai punya anak balita. Hal ini dilakukan agar masa emas 1000 hari pertama kehidupan (1000 HPK) berjalan optimal. Baik disisi kesehatan maupun pola asuh yang diterapkan. 


Kemudian, keluarga yang memiliki pasangan usia subur pasca persalinan. Agar mendapatkan pelayanan KB,  supaya dapat mengatur jarak kehamilan dari sebelumnya, serta optimal pengasuhan dan kasih sayang kepada anak yang dilahirkan.


Sementara itu, Kepala Perwakilan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Sumatera Barat yang diwakiki oleh Koordinator Bidang KBKR, Rismiati, S.E mengatakan.  Pemerintah telah menetapkan stunting sebagai Isu Ironitas Nasional. Komitmen ini harus terwujud dalam rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN) 2020-2024 dengan target penurunan yang signifikan.


Berdasarkan data SSGI (Studi Status Gizi Indonesia) tahun 2021, prevalensi balita stunting (tinggi badan menurut umur). Berdasarkan laporan dari Kabupaten dan Kota di Provinsi di Indonesia. Kabupaten Solok berada pada prevelensi 40,1 persen dengan rata-rata untuk Provinsi Sumatera Barat adalah 23,3 persen.


Diharapkanya, Pada tahun 2022 ini diharapkan angka stunting Kabupaten Solok berada di angka 18,49 persen. Dengan usaha dan kerja keras bersama, prevalensi di Kabupaten Solok ini bisa turun sesuai harapan. "Semoga pada tahun 2023 angkanya turun menjadi 15,44 persen dan pada tahun 2024 tinggal 14 persen,” sebutnya.


Dalam Diskusi Panel itu, Dihadirkan Kecamatan IX Koto Sungai Lasi yang merupakan daerah dengan angka stunting lebih tinggi dari kecamatan lain di Kabupaten Solok.


Pada kesempatan itu hadir Staf Ahli Bupati, Eva Nasri, Perwakilan BKKBN Provinsi Sumbar, serta Kepala DPPKB P3A Kabupaten Solok juga berkenan memberikan bantuan secara simbolis kepada keluarga sasaran. Serta juga dihadiri  Nara sumber dari tim pakar yakni dr. IGM Afridoni Aradita, Sp.A, dr. Dodi Faisal, Sp.OG, Avermilyus, SKM, Remi Iskandar,  M.Psi, Kepala DPPKBP3A Kabupatn Solok, Dr. Maryeti Marwazi, MARS, Kepala OPD terkait serta undangan lainnya.(Roni)

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama