Anul Zufri : Pemko Padang Harus Bisa Memberikan Solusi untuk Pencegahan Banjir

Anul Zulfri bersama Lisda Hendrajoni saat meninjau lokasi longsor.

Padang, integritasmedia.com - "ALHAMDULILLAH, akhirnya ada juga 'Hamba Allah'  yang peduli dengan keadaanya kami. Setelah tiga hari berkutat membersihkan rumah, pasca banjir yang merendam rumah beserta semua isinya", ungkap Nilawati warga RT.03/R.04 Ketaping (Dalam Koto), Kelurahan Pasar Ambacang, Kecamatan Kuranji, Kota Padang yang menjadi korban banjir Jum'at (14/7/23) dinihari kemarin.


Walau tidak seberapa, tetapi bantuan tersebut cukup berarti bagi kami. Karena selama tiga hari ini kami terpaksa meninggalkan semua aktifitas untuk membersikan rumah, katanya lagi.


Dilanjutkannya, "Selama 45 tahun saya tinggal di sini, Ini adalah banjir terparah yang pernah saya alami. Kalau, sebelumya hanya luapan kecil yang memenuhi jalan dari "banda" yang ada di lingkungan kami".


Sementara Anul Zufri, SH, MH Ketua DPW MOI Sumbar kepada integritasmedia, Minggu (16/7/23) melalui saluran telephon mengatakan, masyarakat haruslah merefleksikan diri apakah mereka telah menjadi pihak yang bertanggung jawab dalam hal pencegahan banjir atau malah menjadi penyebab datangnya banjir. Karena tanggung jawab terhadap banjir ada pada semua pihak dengan perannya masing-masing.


Karena kejadian ini terjadi di kota Padang, maka Pemko Padang harus berperan sebagai pihak yang memberikan solusi untuk pencegahan banjir dan masyarakat berperan sentral sebagai pihak yang bertanggung jawab untuk melakukan solusi yang diberikan oleh pemerintah kota meskipun dimulai dari hal kecil.


Sudah saatnya setiap pihak harus berkerja sama satu sama lain untuk mencegah terjadinya banjir tersebut. Yang harus dilakukan adalah mencari bagaimana solusi untuk mengatasi permasalahan banjir saat ini. 


Walaupun banjir yang terjadi di kota-kota besar biasanya disebabkan oleh limpahan berlebihan karena kurangnya tempat resapan air. Tidak perlu hujan deras, terkadang hujan dengan intensitas yang kecil juga bisa menyebabkan banjir di kota-kota besar di Indonesia, termasuk di Kota Padang ini, katanya.


Ditambahkannya, padatnya jumlah penduduk, sehingga daerah pinggiran sungai dijadikan tempat tinggal sehingga akan mengurangi daerah resapan air, dan ditambah lagi dengan masyarakat yang membuang sampah sembarangan. Hal-hal tersebut dapat mengakibatkan banjir.


"Seharusnya pihak terkait harus bijak dalam menyikapi banjir yang melanda Kota Padang akhir-akhir ini. Kalau tidak, Padang akan sama dengan Jakarta nantinya sebagai daerah langanan banjir", jelasnya.


Lanjutnya, kalau di Jakarta penyebab banjirnya diantanya adalah minimnya kawasan resapan air. Kurangnya Ruang Tebuka Hijau atau RTH membuat kawasan resapan air berkurang sehingga menyebabkan banjir. Dan, hendaknya Padang janganlah seperti itu jua.


"Resiko bencana banjir akan makin diperparah oleh kondisi lingkungan permukiman di daerah bantaran sungai yang sangat padat,” ujarnya.


Belum lagi tambah dia, sistem tata bangunan dan sirkulasi tidak teratur, tanggul sungai dan drainase yang tidak memadai atau sudah menyatu dengan bangunan hingga terjadi alih fungsi lahan.


“Penanganan pemukiman dan perbaikan infrastruktur pendukung serta penataan saluran drainase, diharapkan menjadi salah satu fokus pemerintah agar bencana banjir ini tidak semakin parah, atau tidak terjadi lagi", sebut Anul.


Orientasi pembangunan tidak hanya difokuskan pada kawasan yang terdampak banjir saja, tapi juga pada kawasan tengah kota yang berpenduduk padat. Dimana kini sangat rawan dan sangat mudah terendam air, tidak perlu menungu hujan turun dalam waktu yang lama, karanya.


“Penanganan bencana banjir di Kota Padang yang dari waktu ke waktu kian parah saja, harus ada solusi secara komperhensif dari seluruh pihak. Baik itu pihak Balai Wilayah Sungai (BWS) Sumatera V Padang, pemerintah kota, kumunitas peduli sungai, dan yang utama masyarakat", beber Ketua MOI Sumbar itu lagi.


Karena air adalah anugerah, rezeki dan rahmat yang diturunkan oleh Allah SWT, yang harus memperlakukannya dengan baik. Perlu dikelola dengan baik melalui peresapan di RTH maupun ruang resapan lain sebagai pencadangan air tanah untuk kebutuhan kita dimasa depan. Dan, hujan bukanlah sebuah malapetaka, dengan adanya hujan maka upaya penghematan dan melakukan pencadangan air tanah dapat dilakukan dengan mudah, cukup dengan menyediakan lahan resapan yang cukup, pungkas Anul menggingatkan.(henni andri)

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama