Ngeri! Tindak Kekerasan Rumah Tangga di Payakumbuh, Seorang Istri Alami Luka Parah Diduga Dipukul Pakai Palu dan Telinga Digunting

Seorang wanita tengah menjalani perawatan, setelah diduga mendapatkan tindakan kekerasan oleh suaminya sendiri (foto-dok dgr)



Limapuluh Kota, integritasmedia.com - JAUH di pedalaman Kabupaten Limapuluh Kota, tepatnya di Seberang Parik, Koto Tangah Batuampa yang biasanya sunyi dan damai. Namun, tiba-tiba kehiningan itu pecah oleh jeritan pilu seorang perempuan dalam kondisi penuh luka dan darah yang masih mengalir dari tubuh lemahnya.


WP (36 tahun) harus dilarikan ke rumah sakit, setelah diduga menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang menyayat hati tindak kekerasan teesebut dilakukan oleh orang yang seharusnya melindunginya suaminya sendiri.


Insiden memilukan ini terjadi sekitar pukul 03.00 WIB, Minggu dini hari (30/6/25) kemarin, dan meninggalkan luka fisik serta trauma mendalam bagi korban, yang sehari-hari dikenal sebagai karyawan swasta di sebuah sekolah di kawasan Subarang Batuang, Kecamatan Payakumbuh Barat, Kota Payakumbuh.


Menurut informasi dari pihak kepolisian, kondisi WP sangat memprihatinkan. Ia mengalami luka robek serius di kepala bagian kiri, yang diduga akibat pukulan palu, serta luka robek pada telinga kirinya, yang secara mengerikan diduga digunting oleh sang suami. Tak hanya itu, di tubuh korban juga ditemukan sejumlah luka memar yang menunjukkan adanya tindakan kekerasan berulang.


Kejadian mengerikan ini pertama kali terungkap setelah seorang bernama Yosa saat menghubungi keluarga WP. Yosa memberi kabar bahwa WP mengalami luka serius di bagian kepala dan meminta agar keluarga segera menuju Jorong Lareh Nan Panjang, Nagari Sungai Beringin, Kecamatan Payakumbuh, Limapuluh Kota.


Namun sesampainya di lokasi yang disebutkan, keluarga tak menemukan keberadaan korban. Mereka kembali menghubungi Yosa, dan barulah diketahui bahwa WP telah dibawa ke rumah sakit. Saat tiba di Rumah Sakit Otak M. Hatta Bukittinggi, pihak keluarga mendapati WP dalam kondisi mengenaskan dengan kepala bocor, telinga robek, tubuh penuh lebam.


Merasa ada tindak kekerasan berat yang terjadi, pihak keluarga pun segera melaporkan kejadian ini ke Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Polres Payakumbuh.


Kasat Reskrim Polres Payakumbuh, AKP Wiko Satria Afdhal, membenarkan bahwa pihaknya telah menerima laporan dugaan KDRT dengan korban berinisial WP. Laporan resmi diterima pada hari Senin (1/7/25), dan saat ini pihak kepolisian tengah melakukan pendalaman terhadap kasus tersebut.


“Ada laporan dugaan KDRT yang dialami oleh korban WP. Laporan disampaikan oleh pihak keluarga dan sudah kami terima secara resmi,” ujar AKP Wiko kepada awak media, Selasa (2/7/25).


Meski demikian, AKP Wiko belum bersedia membeberkan secara rinci identitas terduga pelaku, termasuk kronologi pasti kejadian. Namun, dari informasi yang berkembang di lapangan, kuat dugaan bahwa sang suami telah melakukan penganiayaan berat menggunakan benda tumpul berupa palu dan gunting terhadap istrinya.


Saat ini, korban WP masih menjalani perawatan intensif di RS Otak M. Hatta Bukittinggi, dan dijadwalkan akan menjalani operasi besar pada bagian kepala. Seorang rekan kerja korban yang enggan disebutkan namanya menyebut bahwa WP telah menikah dengan pelaku selama lebih dari satu dekade.


“Mereka sudah menikah lebih dari belasan tahun. Kami sangat syok mendengar kejadian ini. WP selama ini dikenal sebagai orang baik, pendiam, dan tidak pernah cerita soal masalah rumah tangga,” ujarnya dengan suara lirih.


Peristiwa ini menambah daftar panjang kasus kekerasan dalam rumah tangga yang kerap terjadi namun luput dari perhatian publik. Ironisnya, korban adalah seorang perempuan pekerja yang sehari-hari turut menopang ekonomi keluarga, namun justru menjadi korban kekejaman di dalam rumahnya sendiri.


Kasus WP menjadi alarm keras bagi semua pihak bahwa KDRT bisa terjadi di mana saja, bahkan dalam rumah yang tampak harmonis dari luar. Banyak korban KDRT memilih bungkam karena tekanan sosial, ketergantungan ekonomi, atau rasa takut. Namun luka-luka yang dialami WP menjadi bukti nyata bahwa diam bukan pilihan, dan kekerasan tidak boleh ditoleransi.


Kini, keluarga dan kerabat WP hanya bisa berharap agar aparat penegak hukum bisa mengusut tuntas kasus ini dan menjerat pelaku dengan hukuman seberat-beratnya. Sementara itu, masyarakat pun diimbau untuk lebih peduli terhadap lingkungan sekitar, serta berani bersuara jika melihat atau mendengar adanya indikasi kekerasan dalam rumah tangga.


“Ini bukan sekadar masalah keluarga. Ini soal kemanusiaan. Korban nyaris kehilangan nyawanya,” ucap seorang warga setempat.


Kasus WP adalah sebuah cermin getir bahwa rumah bisa menjadi tempat paling berbahaya bagi perempuan jika cinta berubah menjadi teror, dan pasangan berubah menjadi pemangsa.(Mond/hen)


#KotaPayakumbuh #PolresPayakumbuh #KDRT #Kriminal #Penganiayaan

Post a Comment

أحدث أقدم