
BUKITTINGGI, Integritasmedia.com– Dalam rangka menyambut Hari Ulang Tahun ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia dan mengenang 123 tahun kelahiran tokoh proklamator Mohammad Hatta, sebuah dialog bertajuk Perjuangan dan Kebangsaan digelar pada Sabtu, 9 Agustus 2025, di halaman Museum Tridaya Eka Dharma, Bukittinggi.
Dialog ini merupakan inisiatif Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Yuliot Tanjung, yang bertujuan menghidupkan kembali semangat nasionalisme melalui refleksi sejarah dan peran daerah dalam perjuangan kemerdekaan.
Acara tersebut dihadiri oleh berbagai tokoh, di antaranya Wakil Wali Kota Bukittinggi Ibnu Asis, Wakil Bupati Tanah Datar, Niniak Mamak Bukittinggi, akademisi, komunitas sejarah, pelajar, mahasiswa, dan awak media. Hadir sebagai pembicara utama Prof. Dr. Meutia Farida Hatta, putri Bung Hatta, bersama Komjen Pol (Purn) Boy Rafli Amar, Hasril Chaniago, Arief Malin Mudo, dan Dt. Rangkayo Basa.
Dalam sambutannya, Yuliot Tanjung menegaskan bahwa karakter masyarakat Minangkabau sarat dengan semangat perjuangan. Ia menyampaikan bahwa kontribusi masyarakat Sumatera Barat dalam perjuangan kemerdekaan sangat besar dan harus terus dikenang.
“Setiap daerah memiliki peran dan cara masing-masing dalam berjuang. Itulah kekuatan bangsa kita,” ungkapnya.
Boy Rafli Amar, dalam paparannya, menyoroti bahwa perjuangan tidak berhenti pada kemerdekaan secara fisik. Tantangan besar bangsa saat ini adalah melawan kemiskinan dan kebodohan. “Kemerdekaan adalah tujuan sekaligus perjuangan tanpa akhir,” ucapnya tegas.
Sementara itu, Prof. Meutia Hatta mengajak generasi muda untuk kembali mengenal sejarah bangsa. Ia menekankan pentingnya menanamkan kecintaan terhadap tanah air melalui pemahaman perjuangan masa lalu. “Sejarah adalah akar dari nasionalisme. Kita harus mengenalkannya sejak dini,” ujarnya.
Wakil Wali Kota Bukittinggi, Ibnu Asis, dalam kesempatannya, menggarisbawahi peran penting Bukittinggi dalam sejarah nasional, terutama saat menjadi ibu kota Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) pada tahun 1948–1949.
“Kami ingin menjadikan Bukittinggi sebagai Kota Perjuangan, sebagai wujud penghormatan atas sejarah dan penguatan identitas kebangsaan. Untuk itu kami butuh dukungan semua pihak,” kata Ibnu.
Ia juga menekankan pentingnya kepemimpinan yang berintegritas sebagai fondasi kemajuan bangsa. “Bangsa yang besar lahir dari para pemimpin yang memberi teladan dan menjaga nilai-nilai perjuangan,” tutupnya.
Pemko Bukittinggi berharap, kegiatan seperti ini dapat terus dilaksanakan untuk menanamkan nilai kebangsaan dan memperkuat semangat persatuan, terutama di kalangan generasi muda.
(A)
إرسال تعليق