![]() |
Tim SAR gabungan cari penembak ikan yang hilang di Danau Maninjau (foto-Dok. Ist) |
Agam, integritasmedia.com - KEINDAHAN Danau Maninjau yang selama ini dikenal memikat wisatawan dan menjadi sumber penghidupan bagi masyarakat sekitar, kini kembali menyimpan kisah pilu. Seorang pria bernama Dodi Prinando (40), warga Jorong Nagari, Sungai Batang, dilaporkan hilang secara misterius saat mencari ikan pada Kamis malam (11/9/25). Peristiwa ini seketika menggegerkan warga setempat dan memicu operasi pencarian besar-besaran yang hingga kini masih terus berlangsung.
Menurut keterangan warga, malam itu Dodi berangkat bersama rekannya, Awalauddin (49), untuk menembak ikan di perairan Danau Maninjau. Aktivitas mencari ikan pada malam hari bukan hal asing bagi masyarakat Sungai Batang. Dengan menggunakan perahu kecil, senter, dan tombak tradisional, mereka biasa menyusuri perairan untuk mendapatkan tangkapan.
Namun, pada dini hari, keduanya berpisah. Awalauddin memutuskan untuk berhenti dan kembali, sementara Dodi memilih melanjutkan pencariannya seorang diri. Keputusan itu menjadi awal misteri. Saat pagi menjelang, Dodi tak kunjung kembali ke daratan.
Kecurigaan warga semakin kuat ketika pada pukul 06.00 WIB, sebuah perahu ditemukan terombang-ambing di permukaan danau. Perahu itu adalah milik Dodi. Di dalamnya, terdapat sejumlah barang pribadi—di antaranya beberapa ekor ikan hasil tangkapan, pakaian, serta sebuah jeriken. Tidak ada tanda-tanda keberadaan sang pemilik perahu. Temuan itu langsung dilaporkan kepada keluarga korban dan pemerintah nagari.
Seketika kabar hilangnya Dodi menyebar dari mulut ke mulut, menimbulkan kecemasan mendalam di tengah masyarakat Sungai Batang. Bagi warga setempat, hilangnya seorang nelayan bukan sekadar kabar duka, melainkan juga ancaman yang mengingatkan betapa rentannya kehidupan di sekitar perairan luas dan dalam seperti Danau Maninjau.
Menanggapi laporan tersebut, pemerintah daerah bergerak cepat. BPBD Agam, bersama unsur TNI, Polri, Basarnas, Pemadam Kebakaran, pemerintah nagari, serta masyarakat, langsung membentuk tim pencarian gabungan. Sejak Jumat pagi (12/9), operasi pencarian difokuskan pada area sekitar lokasi penemuan perahu.
Berbagai perlengkapan dikerahkan—mulai dari perahu aluminium, mesin tempel, hingga pelampung—untuk menyisir setiap jengkal permukaan danau. Tim bahkan menggunakan pola pencarian berlapis, dengan menyusuri area yang dicurigai menjadi titik terakhir aktivitas korban.
Meski pencarian dilakukan sepanjang hari, hingga pukul 17.00 WIB, hasilnya masih nihil. Tidak ada jejak yang bisa mengarah pada keberadaan Dodi. Kepala Pelaksana BPBD Agam, Rahmad Lasmono, menegaskan pihaknya tidak akan menyerah.
“Hari ini tim sudah melakukan pencarian dan penyisiran di lokasi, namun korban belum ditemukan. Besok pagi pukul 08.00 WIB, operasi akan dilanjutkan dengan menambah lima personel Basarnas dari Padang. Kami juga akan melakukan penyelaman di titik-titik yang dicurigai,” ujar Rahmad.
Harapan Keluarga dan Warga
Keluarga korban masih menaruh harapan besar agar Dodi dapat ditemukan dalam keadaan selamat. Namun di tengah harapan itu, rasa cemas kian tak terbendung. Istri, anak, dan kerabat korban terus menunggu kabar di tepi danau, ditemani doa dan dukungan dari warga sekitar.
Bagi masyarakat Sungai Batang, hilangnya Dodi bukan sekadar tragedi personal, melainkan luka kolektif. Mereka memahami betul betapa berisikonya kehidupan sebagai nelayan tradisional di danau seluas lebih dari 9.000 hektare itu.
Danau Maninjau memang menyajikan panorama yang menakjubkan. Hamparan air biru yang dikelilingi perbukitan hijau menjadikannya destinasi wisata populer di Sumatera Barat. Namun, keindahan itu menyimpan sisi lain yang berbahaya.
Arus bawah air yang kuat, kedalaman hingga ratusan meter, serta perubahan cuaca yang tak menentu sering kali menjadi ancaman tersembunyi. Tak sedikit kasus warga yang hilang atau tenggelam di perairan ini, meski sudah akrab dengan danau sejak kecil.
Rahmad Lasmono pun mengingatkan pentingnya kewaspadaan setiap kali beraktivitas di perairan.
“Kami mengimbau warga untuk selalu berhati-hati dan melengkapi diri dengan perlengkapan keselamatan yang memadai agar kejadian serupa tidak terulang,” tegasnya.
Hingga berita ini diturunkan, operasi pencarian masih berlanjut. Semua mata kini tertuju pada upaya tim gabungan yang akan menyisir perairan kembali pada Sabtu pagi, dengan strategi lebih intensif.
Di balik doa dan harapan, masyarakat Sungai Batang harus menerima kenyataan pahit: bahwa danau yang selama ini menjadi sumber kehidupan juga bisa seketika menjadi sumber kehilangan.
Hilangnya Dodi Prinando bukan hanya sebuah tragedi, tetapi juga pengingat keras bahwa di balik keindahan Danau Maninjau, bahaya selalu mengintai dan kewaspadaan adalah benteng terakhir untuk melindungi nyawa.(Mond/hen)
#KabupatenAgam #OrangTenggelam #DanauManinjau
Posting Komentar