![]() |
Ketua IKW-RI, David Effendi (kaos hitam) menyerahkan uang arisan kepada Rusdi Chandra (foto-ikw ri) |
Padang, integritasmedia.com - SUARA tawa bersahut-sahutan, aroma kopi hitam menyeruak, dan obrolan ringan namun hangat mengisi suasana arisan bulanan Ikatan Kekeluargaan Wartawan Republik Indonesia (IKW RI), Sabtu (11/10/25) sore , di Esa Café, komplek GOR Agus Salim Padang.
Namun kali ini, suasananya terasa berbeda lebih hangat, akrab, dan penuh makna.
Tak ada panggung megah, tak pula seremoni berlebihan. Hanya meja-meja kayu, obrolan santai, dan tawa yang berbaur jadi satu. Tapi di balik kesederhanaan itu, tersimpan pesan kuat: wartawan juga butuh rumah untuk pulang, tempat untuk tertawa, dan keluarga untuk berbagi.
Ketua IKW RI Dafit Effendi, yang hadir bersama Sekretaris Marzuki RH, terlihat sibuk menyapa anggota satu per satu. Di sampingnya, Rusdi Chandra, Pemimpin Redaksi Gagakhitam86.com yang dikenal aktif dan berjiwa sosial, berbincang akrab dengan rekan-rekan jurnalis lainnya.
Dafit tersenyum saat ditanya makna dari kegiatan sederhana ini.
“Arisan ini bukan cuma tentang siapa yang dapat giliran. Ini tempat kita melepas penat, berbagi tawa, dan saling menguatkan. Di sinilah makna IKW RI sebagai rumah besar terasa nyata,” ujarnya penuh makna.
Pernyataan itu disambut anggukan dari anggota yang hadir. Rusdi Chandra menimpali dengan nada lembut namun tegas.
“Bagi kami, arisan ini seperti obat rindu. Tidak semua bisa bertemu setiap hari. Tapi lewat kegiatan ini, kita bisa saling menyapa, tertawa, dan kembali merasa satu keluarga,” ucapnya.
Deretan nama yang hadir sore itu memperlihatkan kuatnya tali silaturahmi para pewarta Sumatera Barat. Di antaranya tampak Wyndoee Sang Radja (mediaonline.com), Kurnia Febrita (Relasipublik.com), Hendri (AlisyaNews.com), Andri Dosis (FH86.com), Ajo Masrizal, Deni Tiger, Roby, Dafit Pelor, Andi Woo, Yuamran Andre, Rini, Suci, dan beberapa tokoh pendiri IKW lainnya.
Suasana cair, penuh gelak tawa dan cerita ringan. Tak ada jarak antara senior dan junior. Semua duduk setara, berbagi kisah liputan, bercanda tentang pengalaman di lapangan, hingga membicarakan ide berita dengan gaya khas jurnalis Sumbar santai tapi bermakna.
Ajo Masrizal sempat melontarkan candaan yang mengundang tawa seluruh ruangan.
“Kalau nggak ada arisan, mungkin kita cuma ketemu lewat grup WhatsApp,” ucapnya disambut derai tawa panjang.
Sementara itu, Wyndoee Sang Radja, yang dikenal humoris, menilai kegiatan seperti ini justru penting di tengah tekanan kerja jurnalis.
“Kita boleh sibuk dengan media masing-masing, tapi di sini kita satu keluarga. Arisan seperti ini membuat kita tak lupa tertawa, bahkan saat dunia berita penuh tekanan,” katanya.
Bagi Sukra Rahmat Putra, arisan IKW RI juga berfungsi sebagai ruang belajar lintas generasi.
“Di sini kita bisa berbagi cerita, pengalaman, bahkan ide liputan. Wartawan belajar dari wartawan. Itu yang membuat kegiatan seperti ini bernilai,” tuturnya antusias.
Andri Dosis dari FH86.com menambahkan sentuhan reflektif yang membuat banyak rekan terdiam sejenak.
“Kita terbiasa menulis kisah orang lain, tapi jarang menulis kisah kita sendiri. Arisan ini seperti bab kecil dalam buku perjalanan hidup para wartawan,” ujarnya berfilosofi.
Di tengah canda, Roby dari Ikn.com, anggota baru yang baru pertama kali hadir, mengaku terkesan.
“Saya pikir arisan hanya formalitas. Ternyata ini lebih dari itu. Ini keluarga,” ujarnya tulus.
Menutup kegiatan, Dafit Pelor dari Jelajahnews.com memberikan pesan penuh makna.
“Di IKW RI, tidak ada yang lebih tinggi atau rendah. Kita semua setara sama-sama pejuang pena. Mari jaga silaturahmi ini, karena inilah kekuatan sejati kita.”
Pesan itu disambut tepuk tangan panjang dan senyum lebar dari seluruh peserta.
Sore itu, arisan bukan hanya soal nama siapa yang keluar dari undian. Ia telah menjadi simbol kekompakan dan kehidupan organisasi yang terus bernyala.
Momen arisan kali ini juga menandai kembalinya nama Rusdi Chandra sebagai penerima arisan bulan Oktober, setelah sebelumnya sempat dicabut. Keputusan itu, menurut banyak anggota, menjadi tanda bahwa semangat persatuan dan keadilan di tubuh IKW RI tetap terjaga.
“Ini bukti bahwa IKW RI bukan sekadar nama. Ini keluarga yang saling menghormati,” ujar salah seorang anggota dengan nada bangga.
Menjelang senja, lampu-lampu café mulai redup. Namun suasana di dalam ruangan masih hangat. Edi dan Eva, pasangan pemilik Esa Café, tampak tersenyum bahagia melihat para jurnalis menikmati waktu mereka tanpa membahas isu politik atau headline berita.
“Melihat wartawan bisa duduk bersama tanpa bicara soal deadline itu luar biasa. Kami senang tempat ini bisa jadi ruang hangat untuk mereka. Semoga IKW RI makin solid dan terus menjaga silaturahmi,” ujar Edi dengan nada tulus.
Arisan Ketiga Bulan Oktober 2025 keluarga besar Ikatan Keluarga Wartawan Republik Indonesia (IKW RI).
Namun lebih dari sekadar laporan, kegiatan ini mencerminkan pesan mendalam:
Bahwa di balik padatnya jadwal liputan dan derasnya arus informasi, wartawan tetap manusia yang membutuhkan tawa, keakraban, dan rasa memiliki.
Karena pada akhirnya, pena mungkin tajam, tapi silaturahmi adalah tinta yang membuatnya hidup.
Dan, bagi para jurnalis Sumatera Barat, IKW RI adalah rumah tempat tinta itu selalu kembali menulis cerita baru.(Mond/hen)
#IKWRI #ArisanBulanan #KotaPadang
Posting Komentar