![]() |
| Pencarian korban bencana banjir bandang di kawasan Lubuk Minturun, Kota Padang (foto-dok ist) |
Padang, integritasmedia.com - DUKA Sumatera Barat, belum berakhir. Setelah seminggu diguyur hujan tanpa henti, banjir mendatarkan bumi sejauh mata memandang, galodo meluluhlantakan apa saja yang dilewatinya, dan pohon tumbang menghimpit apa yang ada dalam jangkauannya. Semoga "luka" yang dialami saat ini, akan menjadi pelajaran agar duka yang sama tidak terulang.
Selain kesedihan, kesusahan, kerugian, bencana tersebut juga menimbulkan korban jiwa dan hilang. Dan, hingga Jumat pagi, 28 November 2025, Tim Disaster Victim Identification (DVI) Polda Sumbar melaporkan bahwa 22 orang dipastikan meninggal dunia, sementara 10 lainnya masih hilang tanpa kabar, terseret dalam gelapnya lintasan banjir dan longsor yang melanda sejumlah daerah.
Dari total korban tewas, 20 jenazah telah berhasil diidentifikasi, dan dua lainnya masih dalam proses pencocokan identitas. Di tengah kabar duka itu, lima penyintas kini menjalani perawatan medis, beberapa di antaranya dalam kondisi lemah setelah terkurung berjam-jam sebelum diselamatkan.
Kasubdiddokpol Polda Sumbar, dr Eka Purnama Sari, menyebut bahwa proses identifikasi berlangsung serentak dan tanpa jeda di berbagai fasilitas:
— Polresta Padang
— Posko DVI RS Bhayangkara Padang
— RSUD dr. Rasyidin Padang
— Posko DVI Bukittinggi, Padang Pariaman, dan Pasaman Barat
“Tim bekerja tanpa jeda demi memberikan kepastian kepada keluarga korban,” ujar Eka, menggarisbawahi betapa krusialnya identifikasi bagi keluarga yang menunggu dengan cemas sebuah penantian yang rasanya lebih panjang dari malam paling gelap.
Di wilayah Polresta Padang, dua jenazah Najwa Putri Andira (2,5 bulan) dan Mardalena (65) telah diidentifikasi melalui data sekunder. Kedua jenazah langsung diserahkan ke keluarga di lokasi bencana. Suasana penyerahan berlangsung hening; hanya suara deras air yang masih menetes dari pepohonan menjadi latar pilu di tengah pelukan keluarga yang kehilangan.
Posko DVI RS Bhayangkara menerima delapan jenazah, dan enam di antaranya sudah dipastikan identitasnya melalui analisis sidik jari—jejak biologis yang masih tersisa setelah air menggulung kehidupan mereka.
Enam korban tersebut adalah:
Yerna Wilis (57)
Selvi Marta Putri (20)
Agung Purnomo (35)
Reki Saputra (38)
Robby Handaryo (41)
Junimar (52)
Setiap kecocokan sidik jari membawa satu keluarga keluar dari ketidakpastian, namun juga mengantar mereka ke babak baru: menerima kenyataan.
Di RSUD dr. Rasyidin Padang, proses identifikasi tiga korban dilakukan melalui data sekunder:
Roni Syaputra (42)
Syamsul Kamaruddin (72)
Aidil Putra (13)
Di ruang tunggu rumah sakit, beberapa keluarga jatuh terduduk ketika mendengar kabar kepastian identitas. Ada yang menggenggam foto, ada yang meremas baju korban, seakan menahan waktu agar tidak berjalan.
Wilayah paling terdampak berada di Jorong Toboh, Malalak Timur, Kabupaten Agam. Sebanyak 9 warga dinyatakan hilang, termasuk anak-anak, setelah banjir bandang dan longsor memutus akses dan menimbun rumah-rumah.
Selain itu, 8 korban meninggal dunia dari lokasi yang sama telah teridentifikasi, seluruhnya melalui data sekunder. Para relawan menggambarkan medan evakuasi sebagai “labirin lumpur” jalan setapak berubah menjadi kubangan, tebing patah selebar belasan meter, dan serpihan barang rumah tangga berserak seperti puing memori.
Di Padang Pariaman, Evi Yulia Susanti (52) masih dinyatakan hilang, dan di Pasaman Barat, satu korban meninggal dunia, Roki Hidayat (13), berhasil dikenali melalui data sekunder.
Eka menyebut, Tim DVI bekerja bahu-membahu bersama Basarnas, BPBD, TNI, Polri, dan perangkat daerah, memadukan pencarian manual dengan alat berat di titik yang memungkinkan. “Kepastian identitas korban sangat penting untuk keluarga yang menunggu informasi resmi,” tegasnya.
Di lapangan, setiap menit seperti berlapis tekanan: dikejar curah hujan yang masih turun, berhadapan dengan tanah yang mudah longsor, dan harapan tipis untuk menemukan korban selamat.
Meski kerusakan meluas dan korban jiwa terus bertambah, pemerintah pusat menyatakan belum ada rencana menetapkan banjir Sumatera sebagai bencana nasional.
Menteri Koordinator Bidang PMK Pratikno menyebut bahwa saat ini penanganan masih berada dalam status bencana daerah, dan masing-masing provinsi Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat sudah menetapkan status darurat.
“Sejauh ini tidak ada masalah, karena kewenangan daerah sudah cukup untuk melakukan langkah penanganan,” ujar Pratikno usai rapat tanggap bencana di BNPB, Jakarta Timur.
Pernyataan ini memantik perdebatan kecil di kalangan masyarakat sipil dan aktivis kebencanaan. Sebagian menilai skalanya sudah lintas daerah dan membutuhkan koordinasi nasional; sebagian lain memahami bahwa perangkat daerah masih mampu bergerak.(Mond/hen)
#Korban #BencanaAlam #SumateraBarat #TimDisasterVictimIdentification #PoldaSumbar #MenkoBidangPMK

إرسال تعليق