Menjaga Jati Diri Negeri Beradat, Dengan Merawat Budaya dan Tradisi Leluhur

"Zaman boleh berobah, tapi jati diri sebagai negeri beradat jangan sampai hilang. Apalagi tradisi ini melibatkan unsur-unsur yang ada di masyarakat untuk bergotongroyong".


Padang, integritasmedia.com - KETUA Majelis Pertimbangan Adat (MPA) KAN Pauh IX Irwan Basir Dt. Rajo Alam, SH, MM bersama Ninik Mamak KAN Pauh IX menghadiri acara (tradisi) Adat Tolak Bala di  Tampat Guo Kuranji.


Diketahui Nagari Pauh IX dari dulunya sudah dikenal kaya dengan tradisi adatnya. Dan Masyarakat Pauh IX, berusaha untuk menjaga dan melestarikan adat dan tradisi tersebut sebagai budaya kearifan lokal nagari Pauh IX.


Tradisi yang menjadi peninggalan dari leluhur itu, sarat dengan nilai-nilai yang bermanfaat bagi generasi sekarang. Di dalamnya mengandung nilai-nilai kegotong royongan, kebersamaan dan nilai silaturahim untuk mempererat hubungan persaudaraan.


Demikian disampaikan oleh Ketua Ketua MPA KAN Pauh IX Kecamatan Kuranji Irwan Basir Dt. Rajo Alam, SH. MM saat menghadiri acara mambukak kapalo Banda (membuka hulu sungai) dan Ratik Tulak Bala (zikir Tolak Bala) yang diadakan masyarakat Guo Nagari Pauh IX, Kecamatan Kuranji, Kota Padang. Bertempat di Tampat Guo Kuranji, Minggu pagi (13/3/22).


Lebih lanjut penghulu suku jambak nan batujuah ini mengatakan, orang tua-tua kita dahulunya meski hidup dalam serba keterbatasan tapi punya cara tersendiri untuk menghasilkan panen yang lebih baik.


"Mereka  tidak mengenal dengan irigasi air, tidak mengenal pupuk modern dan obat-obat pertanian. Jika mereka butuh air untuk sawah, mereka secara bergotongroyong membuka kapalo banda untuk mengalirkan air kesawah.


Untuk pupuk cukup dengan kotoran ternak. Hasil panen mereka selalu melimpah, dan jarang yang gagal panen. Bahkan tanaman mereka jarang sekali dimakan hama. Sedangkan kita yang hidup di zaman modern dengan segala macam pupuk dan obat pertanian telah tersedia.


"Namun masih ditakuti dengan gagal panen atau serangan hama wereng. Kita masih takut kekeringan air disaat sistim irigasi pertanian yang sudah maju. Jadi kita masih perlu banyak belajar dari mereka", ujar Irwan Basir.


"Tradisi tolak bala ini adalah salah satu tradisi yang dilakukan oleh orang tua kita dahulu. Ini adalah bentuk permohonan kepada Allah SWT untuk terhindar dari segala bala dan musibah yang akan menimpa kampung mereka, usaha mereka dan pertanian mereka. Biasanya kiagiatan ini didahului dengan zikir bersama, dengan memanjatkan pujian kepada Allah dan memohon ampun kepada Allah atas segala dosa dosa yang diperbuat", jelas Datuk IB.


Bahkan, menyembelih kerbau untuk dikorbankan dan dagingya dibagikan kepada orang-orang kampung. Mereka secara bergotongroyong membuka kapalo banda untuk mengalirkan air ke sawah mereka. Ini yang harus kita ambil maknanya, yaitu kebersamaan, ikhtiar dan selalu ingat  kepada sang pencipta", lanjut Irwan Basir lagi.


Sebagai tokoh adat, Irwan Basir berharap tradisi ini tetap dilestarikan. Zaman boleh berobah, tapi jati diri sebagai negeri beradat jangan sampai hilang. Apalagi tradisi ini melibatkan unsur-unsur yang ada dimasyarakat seperti, ulama, tokoh adat, pemuda dan bundo kanduang. Dengan saciok bak ayam sadanciang bak basi segala sesuatunya akan mudah untuk dikerjakan. 


Di samping itu juga sebagai pengetahuan bagi generasi muda sekarang kalau negerinya punya banyak budaya adat dan tradisi warisan nenek moyangnya, akhir Datuk IB.


Sementara itu Ketua KAN Pauh IX Suardi Dt. Rajo Bujang juga sangat mendukung tradisi adat nagari ini. Dia sangat berterima kasih sekali masih ada ninik mamak dan anak kamanakan di Pauh IX yang masih tetap mau menjaga tradisi budayanya.


"Atas nama ninik mamak KAN Pauh IX, kami berterima kasih sekali dengan acara ratik tolak bala ini. Ini adalah salah satu bentuk budaya lokal kita. Hari ini kami ninik mamak KAN hadir semuanya disini sebagai bentuk dukungan ninik mamak KAN Pauh IX. Mudah-mudahan tradisi ini tetap dilestarikan", ungkap Ketua KAN Pauh IX ini.


Ketua panitia acara ini Syahrial (Iyai) dalam laporannya mengatakan, kegiatan mambukak kapalo banda dan ratik tolak bala ini diadakan kalau banyak terjadi gagal panen dalam masyarakat. Acara ini melibatkan masyarakat lima suku di nagari Pauh IX.


"Semuanya dilaksanakan secara bergotongroyong. Membeli kerbau pun dengan dana sumbangan dari masyarakat di lima suku. Kegiatan diawali dengan zikir/ratik yang dilaksanakan di sebuah mushalla. Kemudian mambukak kapalo banda dan penyembelihan kerbau.


"Semua dilakukan secara bergotongroyong. Mudah-mudahan  dengan memohon kepada Allah SWT, kita dijauhkan dari segala bala atau musibah, hasil panen masyarakat melimpah, dan segala penyakit akan diangkat oleh Allah", ucap ustad Iyai.


Acara tersebut dihadiri oleh seluruh ninik mamak dari KAN Pauh IX, Lurah Kuranji, Tokoh Masyarakat, Ulama, tokoh pemuda dan unsur masyarakat lainnya. (MS/Dp/int)

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama