![]() |
| Beberapa prosesi Alek Kapalo Banda di Jorong Pincuran Tujuah yang digelar beberapa waktu lalu (foto-humas td) |
Tanah Datar, integritasmedia.com - JORONG Pincuran Tujuh adalah sebuah jorong di Nagari Batipuh Baruah, Kecamatan Batipuh, Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat, yang daerahnya berada di dataran tinggi. Dengan kondisi tersebut, daerah ini tentunya mempunyai potensi agribisnis yang sangat menjanjikan. Kopi robusta dan kulit manis, adalah hasil perkebunan utama yang penopang perekonomian masyarakatnya.
Pertanian menjadi potensi utama di Kenagarian ini, dengan penggunaan lahan yang dominan untuk perkebunan (28,37%) dan sawah (25,74%), komoditas utama yang diusahakan adalah Kopi Robusta, dengan luas tanam mencapai 141,50 hektar. Selain itu, masyarakat setempat juga memiliki kebun kulit manis yang cukup luas.
Walaupun disibukan dengan aktifitas keseharian sebagai petani, sampai saat ini masyarakatnya masih mempertahankan tradisi "Alek Kapalo Banda" yang sudah berusia ratusan tahun.
Tradisi adat yang ada di Jorong Pincuran Tujuh ini merupakan wujud kekompakan dan kegotongroyongan masyarakat setempat. Dan, dalam pelaksanaannya menjadi bagian dari pelestarian nilai-nilai luhur dan silaturahmi antar warga.
Alek Kapalo Banda adalah tradisi syukuran masyarakat di Jorong Pincuran Tujuh, yang sudah berlangsung ratusan tahun. Acara ini merupakan wujud rasa syukur atas sumber mata air yang mengairi pertanian dan air bersih bagi kebutuhan masyarakat.
Tradisi ini berawal dari rasa syukur leluhur atas keberadaan sumber mata air di Pincuran Tujuh. Tradisi adat Alek Kapalo Banda yang telah berlangsung selama lebih dari satu abad, yang akan terus diadakan sebagai upaya dalam menjaga tradisi untuk mempertahankan dan melestarikan nilai-nilai, kebiasaan, dan warisan budaya turun-temurun dari generasi ke generasi agar tetap hidup dan relevan di tengah perubahan zaman.
Ttadisi ini memiliki makna ganda, yaitu sebagai ungkapan rasa syukur dan juga ajang silaturahmi untuk mempererat tali persaudaraan, baik di antara masyarakat yang berada di kampung halaman maupun dengan para perantau.
Alek Kapalo Banda rutin diadakan dan telah menjadi agenda tahunan yang terus dilestarikan untuk menjaga budaya dan adat. Disamping itu, Alek Kapalo Banda ini juga sangat potensial menjadi destinasi wisata, karena kegiatan ini memasukan antara wisata budaya dan tradisi, wisata alam, serta wisata edukasi.
Selain nilai spiritual dan kebersamaan, tradisi ini juga mengandung nilai-nilai gotong royong dan berbagi. Nilai spiritual utama dari Alek Kapalo Banda adalah ungkapan rasa syukur atas sumber air yang melimpah untuk mengairi lahan pertanian dan memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Kedepan, Pemerintah Daerah Kabupaten Tanah Datar akan mendukung pelestarian tradisi Alek Kapalo Banda ini dan bahkan berencana memasukkannya ke dalam kalender acara pariwisata daerah untuk meningkatkan perekonomian masyarakat.(hendri)
#JelajahSumateraBarat #RanahMinangRancakBana #LuhakNanTuo #KabupatenTanahDatar #MenjagaTradisi #AlekKapaloBanda

Posting Komentar